OPINI ATEP AFIA
Rabu, November 03, 2010
Pencapaian 10.000 Jam !
Bidang teknologi informasi kemajuannya begitu mencengangkan, untuk sekedar berkomunikasi dengan siapapun dan di manapun kini semakin mudah saja. Beragam situs jejaring sosial menyatukan manusia di Planet Bumi ini. Begitupula beragam fasilitas seperti YM, BBM, dan sebagainya, membuat interaksi dan komunikasi menjadi mudah dan murah.
Teknologi kedokteran pun mengalami perkembangan yang fantastis. Beragam virus dengan efek mematikan kini bisa dicegah secara awal. Begitu pula transplantasi organ tubuh, kini semakin sering dilakukan. Beragam produk farmasi dihasilkan setiap saat, untuk pencegahan dan pengobatan beragam jenis penyakit. Perkembangan Iptek merambah semua segi kehidupan. Di bidang musik misalnya, media penyimpan semakin canggih, dimulai dari penemuan piringan hitam yang berukuran besar, dimodifikasi menjadi pita kaset, kemudian compact disk, muncul lagi MP3, dan tidak berhenti sampai disitu, masih akan ada kelanjutan teknologi berikutnya.
Manusia terus berinovasi, penemuan-penemuan teknologi baru, cenderung membawa pencerahan pada bidang lainnya. Perkembangan teknologi informasi, menjadikan sektor ekonomi makin bergairah, sektor pendidikan makin terpacu, sektor sosial makin dinamis. Teknologi bagaikan dua sisi mata uang, satu sisi menuju kebaikan dan kesejahteraan, satu sisi menuju keburukan dan kehancuran. Perkembangan teknologi nuklir misalnya, bisa memacu perbaikan bidang kedokteran, pangan atau energi untuk kebaikan dan kesejahteraan hidup manusia. Sebaliknya bisa pula dimanfaatkan bidang militer untuk saling mengancam kelangsungan hidup sesama umat manusia. Inovasi jalan terus, penemuan selalu terjadi, teknologi makin pesat kemajuaanya. Hal itu harus diikuti sikap arif dan bijak para penggunanya.
Adalah Malcolm Gladwell, dalam bukunya “Outliers: The Story of Success“, yang diterbitkan Little, Brown and Company, tahun 2008, menuliskan dan menghimpun data kedisiplinan inovator kelas dunia, mulai dari pemain hoki es Kanada sampai fenomena Bill Gates, dia menemukan “Aturan 10 Ribu jam”. Menurut Gladwell, para inovator memerlukan waktu sekitar 10 ribu jam efektif atau sekitar 10 tahun untuk sampai pada penemuannya yang canggih dan fenomenal.
Ya, kita bisa jadi penemu yang hebat, di bidang apapun dalam kehidupan ini, asalkan fokus selama 10 ribu jam. Begitu lama dan mungkin melalahkan memang, tetapi kalau dijalani sebagai hoby, dengan semangat full , maka tidak terlalu berasa, apalagi jika puncak pencapaian telah tiba. Kita harus menggeluti aspek atau bidang yang kita sukai selama 10 ribu jam, baru menuai hasilnya secara mengesankan. Beberapa contoh di negeri sendiri misalnya, Dahlan Iskan memeiliki hampir 100 surat kabar, tersebar di berbagai kota, juga karena fokus selama 10 ribu jam atau lebih. Begitu pula Purdi E. Chandra memeiliki lebih dari 500 outlet bimbingan belajar ternama, karena kekuatan fokus. Dan banyak contoh lain, baik dibidang politik, ekonomi, pendidikan, bisnis, lingkungan, hiburan, dan sebagainya. Yuk kita fokus 10 ribu jam !!! (Atep Afia)
Dipublikasikan juga melalui :
http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/28/aturan-10-ribu-jam/
Teve dan Internet Cukup Dua Jam !
Terjangan dunia maya tidak mengenal batas usia. Sajian acara televisi bisa menghanyutkan balita, anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula, begitu pula internet dan beragam games. Keramahan Facebook dan Twitter bisa merangkul siapapun, seperti memabukan, membuat penikmatnya terlupa dunia nyata.
Lantas, bagaimana kita harus menyikapi semua itu. Pasrah atau berontak, atau mengambil langkah bijak. Perkembangan teknologi informasi memang tidak bisa dibendung, selain memberikan dampak positif juga menoreh dampak negatif. Keberadaan internet dengan ratusan jutaan situs web-nya, secara langsung bisa menambah pengetahuan. Melalui beraham situs jejaring sosial, terjadi interaksi yang makin intensif dan ekstensif di antara orang diseluruh beluruh belahan dunia. Internet menyajikan pengetahuan sekaligus hiburan. Namun jika over dosis dalam menikmatinya, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam diri penggunanya.
Begitu pula dengan televisi, puluhan ribu stasiun televisi dari berbagai negara seperti berlomba untuk menyajikan acara yang paling enak ditonton. Tak heran jika penonton televisi bisa tahan berjam-jam di depan layar kaca, dengan mata dan pikiran yang tetap fokus. Sebuah stasiun televisi swasta nasional, pernah menyelenggarakan lomba nonton televisi terlama. Hasilnya ternyata, banyak orang yang tahan nonton selama 24 jam. Sebuah rekor yang mencerminkan gaya hidup yang tidak sehat.
Dua Jam Saja
Seharusnya duduk di depan layar televisi, monitor atau layar apapun yang menjadi pintu masuk ke dunia maya dalam sehari tidak melampaui dua jam. Lewat dua jam, berarti bahaya. Sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan jurnal Pediatrics (http://pediatrics.aappublications.org/), Amerika Serkat, sebagaimana dikutip harian Kompas, 13 Oktober 2010, mengungkapkan, bahwa anak-anak yang menghabiskan waktu dua jam atau lebih dalam sehari di depan televisi atau main games, memiliki lebih banyak kesulitan psikologis, seperti masalah yang terkait dengan hubungan di antara teman sebaya, masalah emosi, hiperaktif, dan tingkah laku yang menantang, dibanding anak yang tidak banyak menonton televisi atau main games.
Jika kebiasaan buruk tersebut dibiarkan berlarut-larut, bisa diduga dampak psikologis yang ditimbulkan dari kelebihan duduk di depan layar bisa lebih kronis. Bisa saja mengarah pada beragam gangguan psikologis dan kesehatan. Pada orang dewasa pun dampak yang ditimbulkan tidak kalah beratnya, apalagi orang dewasa memiliki kewajiban interaksi sosial yang lebih tinggi. Jika kehidupannya didominasi dunia maya, maka akan berubah menjadi “asing” ketika terjun di dunia nyata. Memiliki seribu teman di Facebook belum tentu lebih baik dari hanya memiliki satu teman di dunia nyata. Oleh saba itu, batasi nonton televisi, batasi online, maksimum dua jam saja !, bahkan kalau perlu cukup satu jam saja !!! (Atep Afia)
Dipublikasikan juga melalui :
http://teknologi.kompasiana.com/group/gadget/2010/10/14/satu-jam-saja/
Kamis, Desember 10, 2009
Prita, Koin dan Ketidakadilan

Ibu Prita dihadapkan pada persoalan serius, akibat e-mailnya tentang pelayanan RS Omni Internasional Tangerang yang menyebar luas, ia terkena perkara pencemaran nama baik dan digugat secara perdata . Tak kurang dari Pengadilan Tinggi Banten memutuskan supaya Prita membayar ganti rugi Rp 204 juta rupiah kepada RS Omni. Di sisi lainnya secara pidana, Prita pun terancam hukuman maksimal enam tahun.
Masyarakat pun sangat kaget, munculah gerakan kesetiakawanan sosial. Mulai dari dukungan di situs jejaring sosial seperti facebook. Catatan sampai 10 Desember 2009 menunjukkan, Grup Dukung Prita Mulyasari telah beranggotakan 118.482 orang, Grup Koin Peduli Prita 47.011 orang, dan Grup Koin Untuk Prita mencapai 43.621 orang. Gerakan pengumpulan koin untuk Prita di berbagai kota di Indonesia, menunjukkan betapa tingginya kesetiakawanan sosial masyarakat di negara ini. Kenapa harus koin, ternyata ada filosofinya.
Koin menggambarkan uang kecil bahkan nilainya paling kecil. Dengan koin siapun bisa membantu Prita secara gotong royong, bahkan anak-anak TK di beberapa kota turut mengumpulkan koin, begitu pula kalangan masyarakat berpenghasilan sangat rendah. Koin adalah simbul perlawanan masyarakat kecil.
Kasus Prita mencerminkan kentalnya ketidak-adilan di negeri ini. Dan masyarakat pun bahu-membahu untuk "melawan" ketidak-adilan ini, antara lain dengan gerakan kesetiakawanan sosial. Kasus Prita begitu mecuat, bahkan media sekelas International Herald Tribun (IHT) menampilkan berita Prita di halaman paling depan. (Atep Afia)
Korupsi dan Impotensi Demokrasi

Inti dari HAI adalah perlawanan global terhadap korupsi, mengingat begitu mengerikan dari dampak korupsi. Korupsi bisa merusak wibawa pemerintah, merontokan berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan menimbulkan impotensi demokrasi.
Korupsi bagaikan virus yang secara sistemik mengkeroposkan sendi-sendi demokrasi, sehingga tidak berdaya, loyo, mandeg, stagnan dan tidak berkutik. Koruptor bagaikan drakula atau vampir yang menghisap habis darah korbannya. Korban dari vampir korupsi adalah rakyat, bangsa, negara dan pemerintah itu sendiri. Sudah jelas korupsi harus dienyahkan dari negeri tercinta ini. Supaya demokrasi bisa ajeg, kokoh dan tegak, supaya kemakmuran dirasakan merata oleh segenap rakyat.
Beragam kasus korupsi di negeri tercinta ini harus segera diproses sampai tuntas, dengan demikian KPK, Kepolisian dan Kejaksaanwajib membentuk sinergi yang saling menguatkan.Sehingga begitu kompak dalam menghabisi korupsi. Untuk itu ketiga lembaga negara terebut harus bersih dari skandal internal. Ujian terbesar saat ini ialah menyangkut kasus Bank Century, yang juga turut ditangani oleh Pansus DPR. Bisakah diselesaikan secara transparan dan dibongkar sampai ke aktor intelektualnya. Siapa takut ??? (Atep Afia)
Kamis, Agustus 27, 2009
INDONESIA 2009 - 2014
Bangsa Indonesia telah menuntaskan hajat demokrasinya. Dalam pesta demokrasi terbesar di dunia itu, Susilo Bambang Yudhoyono dan Budiono berhasil terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2009-2014, dengan dukungan suara rakyat yang meyakinkan, melampaui 60 persen.
Senin, Mei 11, 2009
PELUANG POROS TENGAH DAN KERISAUAN KUBU PDIP
Kerisauan Kubu PDIP
Nah ini dia. Kubu PDIP sekarang lagi dilanda kekhawatiran bin kerisauan. Apa penyebabnya ? Ternyata yang merapat ke kubu SBY (Partai demokrat) adalah partai-partai berhaluan kanan (PKS, PAN, PPP dan PKB). PDIP, terutama Om Taufik Kemas yang paling risau dengan fenomena ini. Maka munculah ...trus gimana, kalau pemerintahan yang terbentuk nanti condong ke kanan. Bagaimanapun gabungan suara partai kanan (24-25 %) melebihi suara yang diraih Demokrat (20 - 21 %). Maka Om Taufik pun berani berbeda pendapat dengan Tante Mega. Kalau Tante Mega keukeuh ingin mencalonkan diri sebagai Capres. Maka Om Taufik berkilah "untuk kepentingan dan masa depan bangsa", PDIP perlu merapat dengan Demokrat. Tentu saja supaya pengaruh "Partai Kanan" menjadi berkurang dalam koalisi dengan Demokrat. Tante Mega pun agak pusing dengan sikap Om Bowo (Prabowo), yang keukeuh juga mau jadi Capres. Padahal Tante Mega sangat berharap, Om Bowo mau jadi Cawapresnya.
Peluang Poros Tengah
Memang seiring dengan pertambahan usia, tampaknya "kecerdikan" Amien Rais agak berkurang dalam hingar-bingar Pemilu 2009 ini. Jauh-jauh hari Om Amein sudah menginstruksikan "pasukannya" untuk merapat ke kubu SBY. Orang Bandung mungkin akan berkomentar.."Haaaarrr, naha kunaon eta Jang Amien, eh Mang Amien, tidak sehebat tahun 1999.." Atau mungkin Om Amien sudah tidak mengingat konsep "Poros Tengah" yang digagasnya, ketika meng-goal-kan Gusdur jadi Presiden. Om Amien seharusnya kembali membangkitkan "Poros Tengah", yang gabungan suaranya mencapai 24-25 %. Gabungan PKS, PAN, PPP dan PKB sangat layak untuk mengusung Capres-Cawapres-nya sendiri. Lalu siapa Capres-Cawapresnya. Nah, Ini Dia. Belajar dunk sama kasus Pilkada Jawa Barat. Cari orang ngetop seperti Dede Yusuf, yang berhasil "mendongkrak" suara Ahmad Heriawan, sehingga tampil memenangkan Pilkada. Tak tanggung-tanggung, nama beken seperti Agum Gumelar dan Dani Setiawan (Gubernur sebelumnya), berhasil ditumbangkan. Lantas, pasangan mana dunk yang layak diusung "Poros Tengah".
Langsung tunjuk orang-nya saja :
> Capres : Hidayat Nur Wahid
> Cawapres : Dedi Mizwar
Bagaimana peluangnya ? Ada "kemungkinan" mirip dengan kemenangan Ahmad Heriawan - Dede Yusuf dalam Pilkada Jabar. Namun dengan adanya sedikitnya empat pasangan Capres-Cawapres ini, peta politik nasional menjadi semakin dinamis. Dengan komposisi :
1. SBY & Budiiono/ Hata Rajasa/ Puan Maharani (Demokrat & PDIP)
2. JK & Wiranto (Golkar & Hanura)
3. HNW & Dedi Mizwar (PKS, PAN, PPP & PKB)
4. Prabowo & Rizal Ramli (Gerindra & Partai-partai kecil)
diperkirakan akan bersaing secara ketat, dan membuat Pilpres 2009 menjadi sangat menarik. Pasangan manakah yang menurut Anda paling sesuai untuk memimpin negeri ini antara 2009 - 2014 ? ((Atep Afia)
Rabu, April 08, 2009
PREDIKSI HASIL PEMILU 2009
Besok sekitar pukul 15 sudah ada hasil perhitungan cepat oleh lembaga-lembaga survei. Nah, kite lebih canggih lagee, sehari sebelumnya kita keluarkan angka-angka perkiraan. Maaf, ini bukan ramalan. Ini hanyalah kalkulasi awal, mengacu pada data dan informasi yang bertaburan.
Jadi gimana dunk, prediksi besok. Persib menang 2-0 lawan Persija. Eh, maaf yang kita bahas bukan Liga Super, tapi Pemilu 2009. Inilah prediksi-nya. Eng-ing-eng...................
# Kemungkinan tidak ada Parpol yang meraih suara di atas 20 persen.
# Ada beberapa Parpol yang akan memperoleh suara di atas 10 persen, tetapi di bawah 20 persen.
> Yang "sangat berpeluang": Golkar, Demokrat, PDIP, PPP dan PKS.
> Yang "sedikit berpeluang" : PAN, Hanura dan Gerindra.
> Parpol peserta Pemilu 2009 lainnya, diprediksi "maksimum" hanya meraih 5 persen suara.
# Lalu siapa yang menempati peringkat 1. Nah, ini sulit diprediksi, mengingat kehadiran Hanura dan Gerindra sebagai pendatang baru, secara langsung akan menggoyahkan posisi Demokrat, Golkar dan PDIP.
# Demokrat, Golkar, PDIP, Hanura dan Gerindra akan berebut dukungan kaum nasionalis. Akan terjadi kompetisi yang seru di antara kelima Parpol nasionalis ini.
# Demokrat lebih diperhitungkan, mengingat kehadiran sosok Presiden SBY dan iklan di media (terutama televisi) yang begitu gencar.
# Golkar juga bakal menguat, meskipun dilanda masalah perpecahan tokoh (Akbar Tanjung, Sultan tidak kompak dengan JK), namun keberadaan JK yang lincah dan populer bisa mendongkrak posisi Golkar. Faktor iklan di media juga akan memberikan kontribusi yang nyata bagi perolehan suara Golkar.
# PDIP sulit diunggulkan, mengingat ada perpecahan internal, yaitu dengan hengkangnya beberapa tokoh yang membentuk PDP. Faktor Megawati tampaknya daya tariknya tidak secemerlang Pemilu sebelumnya.
# Gerindra dan Hanura, dua Parpol yang dibentuk mantan Jenderal ini, diduga bakal menjadi pendatang baru yang cemerlang. Tapi belum sehebat tiga Parpol nasionalis pendahulunya. Khusus Gerinda kemungkinan akan mendapat limpahan pendukung PKB, mengingat secara terang-terangan Gusdur mendukung Prabowo sebagai Capres.
# Jadi untuk Parpol nasionalis, peringkatnya 1 dan 2. Golkar atau Demokrat, 2. PDIP, 3. Gerindra, 4. Hanura.
# Untuk Parpol yang berideologi Islam, yaitu PKS dan PPP diprediksi akan memperoleh "rapor" yang lebih baik dari Pemilu 2004.
# PKS makin menguat, mengingat mesin partai atau manajemen partai bekerja dengan baik. Iklan di media juga cukup menarik dan gencar. Keberhasilan PKS mendudukan kadernya di propinsi berpenduduk terbanyak di Indonesia, Jawa Barat, menjadi nilai tambah tersendiri. Dengan adanya kompetisi yang menguat di antara lima Parpol nasionalis, maka ada peluang bagi PKS untuk menyodok di ranking 1 perolehan suara Pemilu 2009.
# PPP akan memperoleh hasil yang lebih baik, mengingat banyak tokoh yang pulang kandang, antara lain Zaenudin MZ dan Rhoma Irama. Begitu pula sebagian masa PKB akan pulang kandang, bergabung lagi dengan PPP. Namun lampu hijau dari petinggi PPP untuk mendukung Megawati sebagai Capres akan menjadi bumerang. Sebab, sebagian arus bawah PPP tidak menyukai hal ini.
# Untuk Parpol berhaluan nasionalis-Islam seperti PAN dan PKB, Pemilu 2009 tampaknya bakal menjadi ujian yang berat.
# Sepeninggal Amien Rais sebagai Ketua Umum, jelas PAN mengalami penurunan famour. Bagaimanapun PAN identik dengan Amien Rais. Adapun ketua umum yang sekarang, Seotrisno Bachir, reputasinya jauh di belakang Amien Rais sebagai tokoh reformasi. Hengkangnya tokoh muda dengan membentuk PMB yang dengan jelas mencitra-kan sebagai partai-nya orang Muhamadiyah, jelas akan mengkeroposkan PAN. Adapun strategi merekrut selebriti nasional untuk menjadi Caleg dari PAN, hanya sedikit memperbaiki performa PAN.
# Perpecahan di tubuh PKB antara Gusdur dengan Muhaimin Iskandar, jelas berdampak serius terhadap perolehan suara PKB dalam Pemilu 2009. Gejalanya dapat dilihat dari Pilkada Jawa Timur, ketika Cagub dari PKB hanya memperoleh sedikit dukungan warga Jatim yang mayoritas kaum Nahdiyin. Gusdur marah, PKB melemah. Maka dalam Pemilu 2009, PKB akan sulit mendapat 10 persen suara.
# Nah itulah prediksi amatiran hasil Pemilu 2009 .... (ATEP AFIA)