Kamis, Desember 10, 2009

Prita, Koin dan Ketidakadilan


Ibu Prita dihadapkan pada persoalan serius, akibat e-mailnya tentang pelayanan RS Omni Internasional Tangerang yang menyebar luas, ia terkena perkara pencemaran nama baik dan digugat secara perdata . Tak kurang dari Pengadilan Tinggi Banten memutuskan supaya Prita membayar ganti rugi Rp 204 juta rupiah kepada RS Omni. Di sisi lainnya secara pidana, Prita pun terancam hukuman maksimal enam tahun.

Masyarakat pun sangat kaget, munculah gerakan kesetiakawanan sosial. Mulai dari dukungan di situs jejaring sosial seperti facebook. Catatan sampai 10 Desember 2009 menunjukkan, Grup Dukung Prita Mulyasari telah beranggotakan 118.482 orang, Grup Koin Peduli Prita 47.011 orang, dan Grup Koin Untuk Prita mencapai 43.621 orang.  Gerakan pengumpulan koin untuk Prita di berbagai kota di Indonesia, menunjukkan betapa tingginya kesetiakawanan sosial masyarakat di negara ini. Kenapa harus koin, ternyata ada filosofinya.

Koin menggambarkan uang kecil bahkan nilainya paling kecil. Dengan koin siapun bisa membantu Prita secara gotong royong, bahkan anak-anak TK di beberapa kota turut mengumpulkan koin, begitu pula kalangan masyarakat berpenghasilan sangat rendah. Koin adalah simbul perlawanan masyarakat kecil.

Kasus Prita mencerminkan kentalnya ketidak-adilan di negeri ini. Dan masyarakat pun bahu-membahu untuk "melawan" ketidak-adilan ini, antara lain dengan gerakan kesetiakawanan sosial. Kasus Prita begitu mecuat, bahkan media sekelas International Herald Tribun (IHT) menampilkan berita Prita di halaman paling depan. (Atep Afia)

Korupsi dan Impotensi Demokrasi


Sembilan Desember merupakan Hari Antikorupsi Internasional (HAI). Bermula dari munculnya Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 58/4 tanggal 31 Oktober 2003, yang menetapkan 9 Desember sebagai HAI. Rabu, 9 Desember 2009 kemaren, peringatan HAI di Indonesia begitu semarak, serentak dilaksanakan di seluruh daerah. Di Jakarta sendiri peringatan HAI berlangsung tertib, meleset dari perkiraan banyak pihak, termasuk petinggi negara.

Inti dari HAI adalah perlawanan global terhadap korupsi, mengingat begitu mengerikan dari dampak korupsi. Korupsi bisa merusak wibawa pemerintah, merontokan berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan menimbulkan impotensi demokrasi.

Korupsi bagaikan virus yang secara sistemik mengkeroposkan sendi-sendi demokrasi, sehingga tidak berdaya, loyo, mandeg, stagnan dan tidak berkutik. Koruptor bagaikan drakula atau vampir yang menghisap habis darah korbannya. Korban dari vampir korupsi adalah rakyat, bangsa, negara dan pemerintah itu sendiri. Sudah jelas korupsi harus dienyahkan dari negeri tercinta ini. Supaya demokrasi bisa ajeg, kokoh dan tegak, supaya kemakmuran dirasakan merata oleh segenap rakyat.

Beragam kasus korupsi di negeri tercinta ini harus segera diproses sampai tuntas, dengan demikian KPK, Kepolisian dan Kejaksaanwajib membentuk sinergi yang saling menguatkan.Sehingga begitu kompak dalam menghabisi korupsi. Untuk itu ketiga lembaga negara terebut harus bersih dari skandal internal. Ujian terbesar saat ini ialah menyangkut kasus Bank Century, yang juga turut ditangani oleh Pansus DPR. Bisakah diselesaikan secara transparan dan dibongkar sampai ke aktor intelektualnya. Siapa takut ??? (Atep Afia)

Kamis, Agustus 27, 2009

INDONESIA 2009 - 2014


Bangsa Indonesia telah menuntaskan hajat demokrasinya. Dalam pesta demokrasi terbesar di dunia itu, Susilo Bambang Yudhoyono dan Budiono berhasil terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2009-2014, dengan dukungan suara rakyat yang meyakinkan, melampaui 60 persen.

Sekarang, tinggal bagaimana pemerintah yang mendapat mandat rakyat itu bekerja secara optimal. Rakyat sangat berharap, bahwa pengelolaan negara dalam periode 2009-2014 bisa lebih profesional dan menyentuh kepentingan yang paling mendasar. Bagaimanapun, kondisi rakyat Indonesia masih dihadapkan pada beragam persoalan, mulai dari sempitnya peluang kerja, harga bahan pokok yang masih mahal, kualitas pendidikan yang belum merata, dan masih banyak lagi. Persoalan dalam eksternal pemerintahan sendiri tidak kalah krusialnya, mulai dari pemberantasan korupsi dan kualitas birokrasi yang belum mumpuni.

Potensi sumberdaya alam (SDA) Negara Indonesia sangat kaya, jauh melebihi apa yang dimiliki negara tetangga Malaysia. Kalau dibandingkan dengan Sumatera saja SDA Malaysia tidak lebih kaya. Namun ironisnya, rakyat Indonesia baik secara legal atau ilegal berbondong-bondong mencari pekerjaan di Malaysia. Dari fenomena ini saja dapat dilihat, bahwa selama ini memang pengelolaan SDA Indonesia tidak efisien dan tidak efektif, banyak kebocoran dan pemborosan, sehingga kurang mendukung terujudnya kemakmuran rakyat.

Nah, dalam hal ini tanggung-jawab ada dipundak Pemerintahan SBY-Budiono selaku pemangku mandat dari rakyat. Dalam penyusunan kabinet misalnya, hendaknya benar-benar memperhatikan kepentingan rakyat, bukan kepentingan golongan tertentu. Menteri yang menduduki kabinet harus benar-benar yang ahli dibidangnya. Sehingga kabinet yang terbentuk benar-benar profesional dan mampu mengelola sumbedaya bangsa (SDA dan SDM) secara optimal. (Atep Afia)

Senin, Mei 11, 2009

PELUANG POROS TENGAH DAN KERISAUAN KUBU PDIP

Masa pendaftaran Capres/Cawapres telah dimulai. Namun baru satu pasangan yang telah dideklarasikan secara resmi, Jusuf Kalla-Wiranto. Peluang pasangan ini dalam Pilpres 2009, menurut hitungan di atas kertas tidak sebesar SBY dan Cawapresnya. Tapi bagaimanapun, kita harus menghargai semangat pasangan ini, sehingga Pilpres bakal terhindar dari calon tunggal. Nggak rame kalo hanya SBY dan Cawapres-nya yang mencalonkan diri. Pesaingnya hanya Golput. Trus kalo Golput yang menang gimana ? Khan gawat, negeri berpenduduk terbesar keempat di dunia tak memiliki pemerintahan yang sah. Trus gimana kalo militer yang ambil alih. Trus gimana...., trus gimana.... Itulah manusia, yang selalu khawatir dan risau.

Kerisauan Kubu PDIP

Nah ini dia. Kubu PDIP sekarang lagi dilanda kekhawatiran bin kerisauan. Apa penyebabnya ? Ternyata yang merapat ke kubu SBY (Partai demokrat) adalah partai-partai berhaluan kanan (PKS, PAN, PPP dan PKB). PDIP, terutama Om Taufik Kemas yang paling risau dengan fenomena ini. Maka munculah ...trus gimana, kalau pemerintahan yang terbentuk nanti condong ke kanan. Bagaimanapun gabungan suara partai kanan (24-25 %) melebihi suara yang diraih Demokrat (20 - 21 %). Maka Om Taufik pun berani berbeda pendapat dengan Tante Mega. Kalau Tante Mega keukeuh ingin mencalonkan diri sebagai Capres. Maka Om Taufik berkilah "untuk kepentingan dan masa depan bangsa", PDIP perlu merapat dengan Demokrat. Tentu saja supaya pengaruh "Partai Kanan" menjadi berkurang dalam koalisi dengan Demokrat. Tante Mega pun agak pusing dengan sikap Om Bowo (Prabowo), yang keukeuh juga mau jadi Capres. Padahal Tante Mega sangat berharap, Om Bowo mau jadi Cawapresnya.

Peluang Poros Tengah

Memang seiring dengan pertambahan usia, tampaknya "kecerdikan" Amien Rais agak berkurang dalam hingar-bingar Pemilu 2009 ini. Jauh-jauh hari Om Amein sudah menginstruksikan "pasukannya" untuk merapat ke kubu SBY. Orang Bandung mungkin akan berkomentar.."Haaaarrr, naha kunaon eta Jang Amien, eh Mang Amien, tidak sehebat tahun 1999.." Atau mungkin Om Amien sudah tidak mengingat konsep "Poros Tengah" yang digagasnya, ketika meng-goal-kan Gusdur jadi Presiden. Om Amien seharusnya kembali membangkitkan "Poros Tengah", yang gabungan suaranya mencapai 24-25 %. Gabungan PKS, PAN, PPP dan PKB sangat layak untuk mengusung Capres-Cawapres-nya sendiri. Lalu siapa Capres-Cawapresnya. Nah, Ini Dia. Belajar dunk sama kasus Pilkada Jawa Barat. Cari orang ngetop seperti Dede Yusuf, yang berhasil "mendongkrak" suara Ahmad Heriawan, sehingga tampil memenangkan Pilkada. Tak tanggung-tanggung, nama beken seperti Agum Gumelar dan Dani Setiawan (Gubernur sebelumnya), berhasil ditumbangkan. Lantas, pasangan mana dunk yang layak diusung "Poros Tengah".

Langsung tunjuk orang-nya saja :
> Capres : Hidayat Nur Wahid
> Cawapres : Dedi Mizwar

Bagaimana peluangnya ? Ada "kemungkinan" mirip dengan kemenangan Ahmad Heriawan - Dede Yusuf dalam Pilkada Jabar. Namun dengan adanya sedikitnya empat pasangan Capres-Cawapres ini, peta politik nasional menjadi semakin dinamis. Dengan komposisi :

1. SBY & Budiiono/ Hata Rajasa/ Puan Maharani (Demokrat & PDIP)
2. JK & Wiranto (Golkar & Hanura)
3. HNW & Dedi Mizwar (PKS, PAN, PPP & PKB)
4. Prabowo & Rizal Ramli (Gerindra & Partai-partai kecil)

diperkirakan akan bersaing secara ketat, dan membuat Pilpres 2009 menjadi sangat menarik. Pasangan manakah yang menurut Anda paling sesuai untuk memimpin negeri ini antara 2009 - 2014 ? ((Atep Afia)

Rabu, April 08, 2009

PREDIKSI HASIL PEMILU 2009

Kayak pengamat politik aje.. hehehe. Gpp tau, siapa tehe prediksi-nya mendekati atau akurat. Kalo meleset ? Gpp juga, khan akyu bukan Sarjana Ilmu Politik.. hehehe dan akyu bukan politisi. Akyu hanya manusia biasa .. heheheh (maaf gaya bahasanya, abiz keseringan mesbuk..).

Besok sekitar pukul 15 sudah ada hasil perhitungan cepat oleh lembaga-lembaga survei. Nah, kite lebih canggih lagee, sehari sebelumnya kita keluarkan angka-angka perkiraan. Maaf, ini bukan ramalan. Ini hanyalah kalkulasi awal, mengacu pada data dan informasi yang bertaburan.

Jadi gimana dunk, prediksi besok. Persib menang 2-0 lawan Persija. Eh, maaf yang kita bahas bukan Liga Super, tapi Pemilu 2009. Inilah prediksi-nya. Eng-ing-eng...................

# Kemungkinan tidak ada Parpol yang meraih suara di atas 20 persen.

# Ada beberapa Parpol yang akan memperoleh suara di atas 10 persen, tetapi di bawah 20 persen.

> Yang "sangat berpeluang": Golkar, Demokrat, PDIP, PPP dan PKS.

> Yang "sedikit berpeluang" : PAN, Hanura dan Gerindra.

> Parpol peserta Pemilu 2009 lainnya, diprediksi "maksimum" hanya meraih 5 persen suara.

# Lalu siapa yang menempati peringkat 1. Nah, ini sulit diprediksi, mengingat kehadiran Hanura dan Gerindra sebagai pendatang baru, secara langsung akan menggoyahkan posisi Demokrat, Golkar dan PDIP.

# Demokrat, Golkar, PDIP, Hanura dan Gerindra akan berebut dukungan kaum nasionalis. Akan terjadi kompetisi yang seru di antara kelima Parpol nasionalis ini.

# Demokrat lebih diperhitungkan, mengingat kehadiran sosok Presiden SBY dan iklan di media (terutama televisi) yang begitu gencar.

# Golkar juga bakal menguat, meskipun dilanda masalah perpecahan tokoh (Akbar Tanjung, Sultan tidak kompak dengan JK), namun keberadaan JK yang lincah dan populer bisa mendongkrak posisi Golkar. Faktor iklan di media juga akan memberikan kontribusi yang nyata bagi perolehan suara Golkar.

# PDIP sulit diunggulkan, mengingat ada perpecahan internal, yaitu dengan hengkangnya beberapa tokoh yang membentuk PDP. Faktor Megawati tampaknya daya tariknya tidak secemerlang Pemilu sebelumnya.

# Gerindra dan Hanura, dua Parpol yang dibentuk mantan Jenderal ini, diduga bakal menjadi pendatang baru yang cemerlang. Tapi belum sehebat tiga Parpol nasionalis pendahulunya. Khusus Gerinda kemungkinan akan mendapat limpahan pendukung PKB, mengingat secara terang-terangan Gusdur mendukung Prabowo sebagai Capres.

# Jadi untuk Parpol nasionalis, peringkatnya 1 dan 2. Golkar atau Demokrat, 2. PDIP, 3. Gerindra, 4. Hanura.

# Untuk Parpol yang berideologi Islam, yaitu PKS dan PPP diprediksi akan memperoleh "rapor" yang lebih baik dari Pemilu 2004.

# PKS makin menguat, mengingat mesin partai atau manajemen partai bekerja dengan baik. Iklan di media juga cukup menarik dan gencar. Keberhasilan PKS mendudukan kadernya di propinsi berpenduduk terbanyak di Indonesia, Jawa Barat, menjadi nilai tambah tersendiri. Dengan adanya kompetisi yang menguat di antara lima Parpol nasionalis, maka ada peluang bagi PKS untuk menyodok di ranking 1 perolehan suara Pemilu 2009.

# PPP akan memperoleh hasil yang lebih baik, mengingat banyak tokoh yang pulang kandang, antara lain Zaenudin MZ dan Rhoma Irama. Begitu pula sebagian masa PKB akan pulang kandang, bergabung lagi dengan PPP. Namun lampu hijau dari petinggi PPP untuk mendukung Megawati sebagai Capres akan menjadi bumerang. Sebab, sebagian arus bawah PPP tidak menyukai hal ini.

# Untuk Parpol berhaluan nasionalis-Islam seperti PAN dan PKB, Pemilu 2009 tampaknya bakal menjadi ujian yang berat.

# Sepeninggal Amien Rais sebagai Ketua Umum, jelas PAN mengalami penurunan famour. Bagaimanapun PAN identik dengan Amien Rais. Adapun ketua umum yang sekarang, Seotrisno Bachir, reputasinya jauh di belakang Amien Rais sebagai tokoh reformasi. Hengkangnya tokoh muda dengan membentuk PMB yang dengan jelas mencitra-kan sebagai partai-nya orang Muhamadiyah, jelas akan mengkeroposkan PAN. Adapun strategi merekrut selebriti nasional untuk menjadi Caleg dari PAN, hanya sedikit memperbaiki performa PAN.

# Perpecahan di tubuh PKB antara Gusdur dengan Muhaimin Iskandar, jelas berdampak serius terhadap perolehan suara PKB dalam Pemilu 2009. Gejalanya dapat dilihat dari Pilkada Jawa Timur, ketika Cagub dari PKB hanya memperoleh sedikit dukungan warga Jatim yang mayoritas kaum Nahdiyin. Gusdur marah, PKB melemah. Maka dalam Pemilu 2009, PKB akan sulit mendapat 10 persen suara.

# Nah itulah prediksi amatiran hasil Pemilu 2009 .... (ATEP AFIA)

Selasa, Februari 10, 2009

PERSAINGAN 4 MANTAN JENDERAL DALAM PEMILU 2009

Pemilu 2009 tinggal beberapa bulan lagi. Aroma persaingannya sudah sangat terasa. Mulai dari bertaburannya atribut Parpol di sudut-sudut kota sampai pedesaan. Begitu pula manuver politik kerap bermunculan di media cetak dan elektronik. Selain dalam rangka pemilihan anggota DPRD, DPD dan DPR, Pemilu 2009 juga akan memilih Presiden dan Wakil Presiden periode 2009-2014. Banyak tokoh yang mencalonkan diri secara terang-terangan, ada juga yang masih malu-malu kucing. Ada yang menunda pencalonan, dengan alasan terlebih dahulu mengetahui perolehan suara legislatif.

Beberapa ketentuan mengenai pemilihan Presiden dan Wapres, antara lain : pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 2009. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari 50% dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Apabila tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

Dari sekian banyak calon Presiden yang muncul, ternyata empat di antaranya adalah mantan Jenderal TNI. Mereka itu adalah :

Jend. TNI Purn. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (lahir di Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, Indonesia, 9 September 1949; umur 59 tahun) adalah pensiunan jenderal militer Indonesia dan Presiden Indonesia ke-6 yang terpilih dalam pemilihan umum secara langsung oleh rakyat pertama kali. Yudhoyono menang dalam pemilu presiden September 2004 melalui dua tahapan pemilu presiden atas kandidat Presiden Megawati Sukarnoputri. Ia mulai menjabat pada 20 Oktober 2004 bersama Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden. Dalam Pemilu 2009, SBY tampil dengan Partai Demokrat.

Wiranto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 4 April 1947; umur 61 tahun adalah seorang politikus Indonesia dan tokoh militer Indonesia. Wiranto menjabat Panglima TNI periode 1998-1999. Ayahnya, RS Wirowijoto adalah seorang guru sekolah dasar, dan ibunya bernama Suwarsijah. Pada usia sebulan, Wiranto dibawa pindah oleh orang tuanya ke Surakarta akibat agresi Belanda yang menyerang kota Yogyakarta. Di Surakarta inilah ia kemudian bersekolah hingga menamatkan Sekolah Menengah Pertama. Dalam Pemilu 2009, Wiranto diusung Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo (lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951; umur 57 tahun) adalah mantan Danjen Kopassus dan menantu dari mantan Presiden Indonesia Soeharto. Prabowo adalah calon presiden dalam pemilu presiden Republik Indonesia 2009 dari Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA).

Letjen TNI (Purn.) Dr. (HC) H. Sutiyoso (lahir di Semarang, 6 Desember 1944; umur 64 tahun) adalah seorang politikus dan mantan tokoh militer Indonesia berbintang tiga. Ia adalah Gubernur Jakarta selama dua periode, mulai 6 Oktober 1997 hingga 7 Oktober 2007,saat ia digantikan Fauzi Bowo, wakilnya, yang memenangi Pilkada DKI 2007. Sebagai gubernur, Sutoyoso adalah tokoh yang cukup menarik. Sepanjang dua periode menjadi gubernur, ia sering mengundang kontroversi ketika menggulirkan kebijakan. Kritikan terhadap proyek angkutan umum busway, proyek pemagaran taman di kawasan Monas Jakarta Pusat, dan sejumlah proyek lainnya. Pada 1 Oktober 2007, ia mengumumkan bahwa dirinya akan maju sebagai calon presiden Indonesia pada Pemilu Presiden 2009.

Keempat mantan Jenderal TNI tersebut memang telah memiliki sederet pengalaman yang mumpuni. Tetapi belum tentu satu di antaranya terpilih menjadi Presiden, mereka pun harus bersaing dengan Capres dari kalangan sipil seperti :Mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Mallarangeng, Mantan Menteri Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra, Gubernur Yogyakarta Hamengkubuwono X, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan beberapa tokoh nasional lainnya.

Sumber Data :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_Umum_Presiden_dan_Wakil_Presiden_Indonesia_2009

Senin, Januari 26, 2009

MENJELANG PEMILU 2009

Dalam bulan April 2009, salah satu pesta demokrasi terbesar di dunia, akan diselenggarakan di Indonesia. Pemilu 2009 akan memilih anggota DPRD, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, untuk masa jabatan 2009-2014. Gegap gempita menyambut pesta demokrasi tersebut, sudah terasa sejak beberapa bulan terakhir. Dalam hal ini beberapa hal patut digaris-bawahi:

1. Jumlah partai yang mencapai 38, jelas terlalu banyak. Sulit dihasilkan sebuah partai yang memenangkan suara 50 + 1 persen. Diperkirakan, suara 20 persen pun bakal sulit diraih. Dengan demikian, fenomena tahun 2004 akan terulang lagi. Di mana pemerintahan yang terbentuk berdasarkan koalisi yang rapuh. Jumlah partai yang sedemikian banyak itu perlu ditinjau ulang, mengingat di negara yang dianggap biangnya demokrasi saja, hanya diikuti 2 partai. Sudah pasti secara logika pun akan muncul partai pemenang Pemilu dengan raihan suara di atas 50 persen. Dengan dukungan mayoritas parlemen (legislatif), maka pemerintahan (eksekutif) yang terbentuk akan menjadi kuat. Berbagai kebijakan pemerintah akan berjalan dengan lancar, tanpa hambatan di parlemen.

2. Fenomena Golput menjadi sulit dihindari. Dengan makin banyaknya partai, bukan menjadi daya tarik bagi rakyat. Justru rakyat menjadi bingung dan makin skeptis. Apalagi mengingat mayoritas rakyat tingkat pendidikannya rendah. Bisa diduga, angka Golput akan mencapai lebih dari 30 persen. Artinya, puluhan juta rakyat tidak akan menggunakan hak pilihnya, terutama karena tidak ada ketertarikan dengan kinerja dan penampilan Parpol.

3. Kompetisi antar Parpol, terutama dalam kampanye menggunakan media, terutama media televisi, makin tidak sehat. Perhatikan, bagaimana kontradiktifnya iklan yang ditayangkan PDIP dengan Partai Demokrat. Jelas hal tersebut menjadi pendidikan politik yang buruk bagi rakyat. Rakyat jadi bingung, sehingga muncul pertanyaan, "siapa yang ngibul ?"

Apapun yang terjadi. Kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus terus dipertahankan. Rakyat dan Negara membutuhkan pengelola yang baik, yaitu Pemerintah yang bersih, berani dan berwibawa. Berbagai persoalan bangsa dan negara perlu di atasi oleh Pemerintah mendatang. Rakyat akan memberikan mandat kepada kelompok tertentu untuk berkuasa. Hendaknya amanah yang diberikan ini dijalankan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai rakyat justru makin apatis. Kalau terjadi hal yang demikian, lantas siapa lagi yang sanggup mengelola Negara berpenduduk terbesar ke empat di dunia ini ? (Atep Afia)