Senin, Januari 26, 2009

MENJELANG PEMILU 2009

Dalam bulan April 2009, salah satu pesta demokrasi terbesar di dunia, akan diselenggarakan di Indonesia. Pemilu 2009 akan memilih anggota DPRD, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, untuk masa jabatan 2009-2014. Gegap gempita menyambut pesta demokrasi tersebut, sudah terasa sejak beberapa bulan terakhir. Dalam hal ini beberapa hal patut digaris-bawahi:

1. Jumlah partai yang mencapai 38, jelas terlalu banyak. Sulit dihasilkan sebuah partai yang memenangkan suara 50 + 1 persen. Diperkirakan, suara 20 persen pun bakal sulit diraih. Dengan demikian, fenomena tahun 2004 akan terulang lagi. Di mana pemerintahan yang terbentuk berdasarkan koalisi yang rapuh. Jumlah partai yang sedemikian banyak itu perlu ditinjau ulang, mengingat di negara yang dianggap biangnya demokrasi saja, hanya diikuti 2 partai. Sudah pasti secara logika pun akan muncul partai pemenang Pemilu dengan raihan suara di atas 50 persen. Dengan dukungan mayoritas parlemen (legislatif), maka pemerintahan (eksekutif) yang terbentuk akan menjadi kuat. Berbagai kebijakan pemerintah akan berjalan dengan lancar, tanpa hambatan di parlemen.

2. Fenomena Golput menjadi sulit dihindari. Dengan makin banyaknya partai, bukan menjadi daya tarik bagi rakyat. Justru rakyat menjadi bingung dan makin skeptis. Apalagi mengingat mayoritas rakyat tingkat pendidikannya rendah. Bisa diduga, angka Golput akan mencapai lebih dari 30 persen. Artinya, puluhan juta rakyat tidak akan menggunakan hak pilihnya, terutama karena tidak ada ketertarikan dengan kinerja dan penampilan Parpol.

3. Kompetisi antar Parpol, terutama dalam kampanye menggunakan media, terutama media televisi, makin tidak sehat. Perhatikan, bagaimana kontradiktifnya iklan yang ditayangkan PDIP dengan Partai Demokrat. Jelas hal tersebut menjadi pendidikan politik yang buruk bagi rakyat. Rakyat jadi bingung, sehingga muncul pertanyaan, "siapa yang ngibul ?"

Apapun yang terjadi. Kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus terus dipertahankan. Rakyat dan Negara membutuhkan pengelola yang baik, yaitu Pemerintah yang bersih, berani dan berwibawa. Berbagai persoalan bangsa dan negara perlu di atasi oleh Pemerintah mendatang. Rakyat akan memberikan mandat kepada kelompok tertentu untuk berkuasa. Hendaknya amanah yang diberikan ini dijalankan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai rakyat justru makin apatis. Kalau terjadi hal yang demikian, lantas siapa lagi yang sanggup mengelola Negara berpenduduk terbesar ke empat di dunia ini ? (Atep Afia)

Tidak ada komentar: